Jumat, 02 Juli 2010

Kawasan Canggu: Mirroring Nitiprajan "Riwajatmoe Doeloe"




Kawasan Canggu: Mirroring Nitiprajan "Riwajatmoe Doeloe"
: dalam sebuah tulisan : prabandari


Sahaya baru saja berkendaraan menyusuri Jalan Canggu Club di dekat rumah. Kawasan ini sebenarnya bukanlah kawasan wisata utama. Di jalan ini yang ada adalah persawahan, dengan beberapa petak villa di tengahnya, dan diselingi oleh beberapa rumah penduduk. Bisa dibilang kawasan ini belumlah elit dan masih kategori suburb. Jalannya pun penuh lobang dan gundukan polisi tidur yang tingginya seenak hati. Kabar angin yang sahaya dengar, persawahan ini pun sudah berstatus disewakan atau dijual untuk dibangun villa.

Sebuah momentum baru yang sahaya alami adalah setiap berpapasan dengan pengendara mobil dan motor, hampir semua dari mereka adalah ras "Kaukasia", kalau toh ada gadis belia lokal yang berkendara, mereka bersolek dengan hanya kutang dan sarung pantai dengan kacamata yang cukup lapang menudungi separuh wajah mereka. Rambut dibiarkan terhempas angin tanpa helm. Atau pemuda lokal yang legam dengan papan surfing bergantung di samping motor mereka. Sahaya seperti merasa berpijak pada ruang dan waktu yang salah. "Apakah ini Indonesia? Kok sepertinya malah sahaya yang menjadi orang asing?" Sahaya bukanlah orang hipokrit, tapi saat berhadapan dengan momentum ini, jujur sahaya gegar budaya. Hehehehehe....

Tapi sesaat sahaya terseret pada kala yang lampau di sebuah daerah di Jogjakarta beberapa dekade yang lalu: Nitiprajan...yah daerah ini paling tidak sebelum pariwisata menjamur di kawasan ini, bersuasana mirip dengan Canggu yang baru saja sahaya lihat. Ah, Nitiprajan Riwajatmoe Doeloe...

dewata : canggu
02:07:10 :: 12:27

.

1 komentar:

  1. masih segar dalam ingatan yang kian menjejak dari masa menuju masa, semuanya masih seperti dahulu, walaupun akhirnya perlahan sawah sawah kian mengering dan padi padii telah bergantikan dengan tanaman berasal dari bahan bebatuan dan ukiran membaja, walaupun ada beberapa yang menggunakan nuansa alam, tetapi semua adalah makna yang berputar sari satu titik menuju titik tiada henti, biarkan purbamu mengukir kekinianmu, apabila saatnya hijau dedaunan padi telah hilang, tidak untuk kenangan uyang membentang.. *yakinilah langit masih sebiru luasnya lautan ::))

    BalasHapus